TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG SEMOGA BERMANFAAT

Minggu, 06 Desember 2020

Manajemen Risiko (Risk Management)


Okee,,, Selamat berjumpa kembali di blog pembelajaran saya. Pada kali ini kita akan membahas tentang bagaimana sebuah resiko dilakukan: IDENTIFIKASI > ANALISIS > PERENCANAAN > MONITORING dan memahami teknik RBS dan RISK Matrix serta manfaatnya. Langsung saja kita bahas satu per satu.

Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen adalah suatu upaya untuk melakukan pengelolaan terhadap suatu hal tertentu. Sementara itu, risiko adalah akibat yang tidak menyenangkan dari suatu perbuatan atau tindakan. Jadi, manajemen risiko adalah suatu metodologi untuk menghindari akibat buruk yang mungkin terjadi.

Komponen Manajemen Risiko

Komponen-komponen manajemen risiko adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal adalah lingkungan yang terbentuk dalam suatu organisasi/perusahaan sebagai hasil dari filosofi, gaya operasional, dan struktur organisasi perusahaan. Lingkungan internal memiliki pengaruh besar dalam suatu organisasi sehingga struktur organisasi, budaya kerja, dan pendelegasian wewenang harus jelas dan tertulis.

2. Penentuan Sasaran

Agar bisa sampai pada tujuan perusahaan, pertama-tama Anda harus tentukan terlebih dahulu sasarannya. Tentukan apa yang menjadi tujuan perusahaan sehingga risiko yang mungkin terjadi lebih mudah diidentifikasi dan dikelola. Oleh karena itu, segala kegiatan yang dilakukan oleh manajemen akan mengarahkan dan menunjang perusahaan untuk sampai pada tujuan yang telah ditentukan.

3. Mengidentifikasikan Risiko (Identify the Risk)

Kita perlu memahami dan menemukan faktor risiko yang terlibat dalam suatu keputusan ataupun proyek. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menemukan risiko-risiko dalam suatu proyek atau suatu keputusan yang akan diambil. Kita perlu mencatat semua poin-poin risiko dan menyiapkannya menjadi sebuah daftar risiko untuk proyek atau keputusan tersebut.

4. Menganalisis Risiko (Analysis the Risk)

Setelah menemukan dan memahami risikonya, kita perlu menganalisis risikonya. Menentukan kemungkinan dan konsekuensi dari setiap risiko tersebut. Kita perlu mengembangkan pemahaman tentang potensi dan sifat risikonya yang akan memengaruhi keberhasilan suatu proyek atau bisnis. Contohnya, Ada risiko yang dapat membuat seluruh bisnis terhenti, sementara ada risiko yang hanya akan menjadi ketidaknyamanan kecil.

5. Mengevaluasi Risiko atau Peringkatan Risiko (Evaluate the Risk)

Setelah dianalisis, Risiko-risiko tersebut perlu diberikan peringkat dan prioritas. Sebagian besar solusi manajemen risiko memiliki kategori risiko yang berbeda, tergantung pada tingkat keparahan risiko tersebut. Risiko yang hanya dapat menyebabkan beberapa ketidaknyamanan dinilai rendah (low risk), sedangkan risiko yang dapat menyebabkan kerugian besar atau bencana dinilai lebih tinggi (high risk). Penentuan risiko ini sangat penting karena akan menentukan cara penanganannya serta sumber daya yang akan digunakannya pada penanganan risiko tersebut. Contohnya, pada beberapa risiko tingkat rendah, penanganannya mungkin tidak memerlukan intervensi manajemen tingkat atas. Namun apabila terdapat satu risiko dengan peringkat tertinggi maka diperlukan intervensi segera dari manajemen tingkat atas.

6. Menanggapi Risiko (Response of the Risk)

Tahapan ini juga disebut dengan Risk Response Actions atau Tindakan Respon Risiko. Setelah memperhitungkan setiap risikonya, kita perlu memutuskan bagaimana merespon setiap risiko. Ada beberapa tanggapan risiko yang dapat kita ambil, diantaranya adalah :

  • Mengambil tindakan untuk menghentikan semua kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya risiko (Risk Avoidance).
  • Mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan atau dampaknya (Risk Reduction).
  • Mengambil tindakan untuk memindahkan beberapa risiko atau semua risiko ke pihak lain seperti melalui asuransi atau outsourcing (Risk Sharing atau Risk Transfer).
  • Menerima Risiko tersebut terjadi atau tidak mengambil tindakan apapun untuk menganggulangi risikonya (Risk Acceptence).
7. Meninjau dan Memantau Risiko (Review and Monitor the Risk)

Tidak semuanya berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Oleh karena itu, diperlukan peninjauan ulang dan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya perubahan faktor lainnya yang akan menyebabkan berubahnya risiko yang akan dihadapi sehingga mengharuskan kita untuk merubah perencanaan manajemen risiko kita lagi.

Risk Breakdown Structure (RBS)

Risk Breakdown Structure (RBS) adalah pengelompokan risiko dalam suatu komposisi hirarkis risiko organisasi yang logis, sistematis, dan terstruktur secara alami sesuai dengan struktur organisasi atau proyek. Sasaran penerapan RBS adalah kejelasan pemangku risiko atau peningkatan pemahaman risiko organisasi atau proyek dalam konteks kerangka kerja yang logis serta sistematis.

Risk Breakdown Structure (RBS) telah diakui sebagai alat yang berguna untuk penataan proses risiko, dan telah dimasukkan dalam standar beberapa risiko dan pedoman (misalnya, Asosiasi Manajemen Proyek, 2004; Project Management Institute, 2004). Definisi RBS dalam hal ini mirip dengan Work Breakdown Structure (WBS), sebagai sebuah sumber menentukan eksposur risiko total proyek. Oleh karena itu RBS merupakan sebuah struktur hirarki sumber potensi risiko, yang dapat membantu untuk memahami risiko yang dihadapi oleh proyek.

RBS digunakan terutama dalam upaya melakukan kategorisasi masing-masing risiko. RBS adalah pengelompokan risiko dalam suatu komposisi hirarkis risiko organisasi yang logis, sistematis, dan terstruktur secara alami sesuai dengan struktur organisasi atau proyek. Sasaran penerapan RBS adalah kejelasan pemangku risiko atau peningkatan pemahaman risiko organisasi atau proyek dalam konteks kerangka kerja yang logis serta sistematis.


RBS terdiri dari dua tahapan, yaitu tahapan pengembangan RBS dan tahap penerapannya.

  • Tahap pengembangan

    Meliputi penyusunan hirarki yang didasarkan pada struktur organisasi atau struktur proyek yang ada, atau berdasarkan pengalaman yang lalu. Bila terjadi perubahan struktur organisasi atau struktur pekerjaan proyek (works breakdown structure) maka RBS perlu disusun ulang untuk disesuaikan dengan struktur yang baru.

    Hasil pengembangan RBS pada tahap pertama akan berfungsi sebagai sumber informasi pada tahap berikutnya untuk proses identifikasi risiko, analisis risiko, dan pelaporan risiko. Secara keseluruhan, RBS ini mirip dengan aplikasi dari pengembangan risk taxonomy, hanya lebih mengacu pada struktur organisasi yang ada atau WBS yang telah dikembangkan.

  • Tahapan Pelaksanaan RBS

    Bila RBS akan diterapkan pada proyek maka proses pengembangan RBS menggunakan dasar WBS (works breakdown structure). WBS adalah suatu struktur pembagian proyek secara hirarkis yang khusus dikembangkan untuk keperluan proyek tersebut. Pada penerapan untuk organisasi, selain proses bisnis juga didasarkan pada struktur organisasi yang ada. Sebagai input untuk proses penyusunan RBS adalah risiko-risiko yang pernah dialami dan hampir selalu berulang. Begitupula dengan sumber-sumber risiko bagi organisasi dan seringkali mempunyai tampilan seperti bagan organisasi.
Kegunaan Struktur Rincian Risiko untuk manajemen senior

RBS juga membantu mengidentifikasi konsentrasi risiko dalam kategori tertentu dan untuk mengidentifikasi ketergantungan antara berbagai risiko. Selama proyek berlangsung, Grup Proyek dapat memeriksa apakah tindakan mitigasi risiko efektif.

RBS dapat digunakan untuk membandingkan tawaran kompetitif dari pemasok yang berbeda. Kami juga dapat secara kuantitatif membandingkan berbagai proposal proyek dengan RBS. Ini memberikan wawasan tentang pemasok, solusi SaaS, paket perangkat lunak, atau proposal proyek mana yang paling berisiko bagi kami. Saat menyusun Perjanjian Tingkat Layanan (SLA), RBS dapat digunakan untuk memasukkan perjanjian yang lebih ketat untuk area-area di mana risiko yang lebih tinggi telah diidentifikasi.

Matriks Risiko atau Risk Matrix

Risk Matrix adalah matriks yang digunakan selama penilaian risiko untuk menentukan tingkat risiko dengan mempertimbangkan kategori probabilitas atau kemungkinan terhadap kategori konsekuensi keparahan. Ini adalah mekanisme sederhana untuk meningkatkan visibilitas risiko dan membantu pengambilan keputusan manajemen.

Ada dua dimensi dalam Risk Matrix. Dimensi tersebut menunjukkan seberapa parah dan kemungkinan suatu kejadian tidak diinginkan. Dua dimensi ini kemudian membentuk matriks. Kombinasi probabilitas dan tingkat keparahan akan memberikan kejadian apapun sebuah tempat di dalam Risk Matrix.



Kebanyakan dari Risk Matrix mempunyai paling sedikit 3 bagian atau daerah:

  • Probabilitas rendah, tingkat keparahan yang rendah yang biasanya digambarkan dengan warna hijau, menunjukkan resiko dari suatu kejadian tidak cukup tinggi atau cukup bisa dikendalikan. Biasanya tidak ada tindakan yang diambil dengan kejadian ini.

  • Probabilitas tinggi, tingkat keparahan yang tinggi yang biasanya digambarkan dengan warna merah, menunjukkan sebuah kegiatan membutuhkan pengendalian lebih untuk mengurangi tingkat keparahan.

  • Kategori sedang, berada di antara dua daerah. Setiap kejadian yang jatuh di daerah ini biasanya dinilai sebagai kejadian yang perlu dipantau.
Risk matrix adalah alat yang sangat berharga, untuk organisasi mencari proses penilaian risiko cepat, efektif, dan praktis. Matriks risiko tidak cocok untuk setiap keadaan dan mereka memiliki keterbatasan tetapi mereka juga memiliki tempat yang jelas di toolbox dari setiap manajer risiko yang ingin:

  • Memberikan data kompleks yang diringkas
  • Mendoorong dan memfasilitasi diskusi yang kuat
  • Memberikan titik fokus ketika menilai risiko
  • Memberikan konsistensi dan rincian untuk prioritas risiko







Referensi :

Selasa, 17 November 2020

Materi Pembelajaran : SCOPE WBS | MILESTONE | GANTT CHART | CPM



Hello Breee..... Selamat datang kembali, pada blog kali ini kita akan bahas materi ringkas atau rangkuman materi menegenai 4 materi pokok yaitu : SCOPE WBS, MILESTONE, GANTT CHART, dan CPM. Okee langsung saja kita bahas satu per satu.....


Project Planning : Scope & Work Breakdown Structure (WBS)

The Triple Constraint (3 Hal Utama Yang mempengaruhui dalam pengembangan proyek), yaitu 
1. Budget
2. Scope
3. Schedule
Ketiga hal ini harus saling sinkron supaya tidak terjadi kondisi imbalanced, dan tujuan dari Triple Constraint adalah terbentuknya kondisi in Harmony.

Mendefinisikan dan Mengelola Scope
  1. Plan Scope Management
    Mendefinisikan dan mendokumentasikan bagaimana project scope dan product scope akan ditentukan, diverifikasi, dan diubah jika diperlukan.

  2. Collect Requirement
    Membantu customer menentukan apa yang mereka butuhkan. Dalam fase ini juga direncanakan bagaimana kolaborasi kerja dilakukan antara tim proyek dengan customer / client / user untuk menentukan scope proyek.

  3. Define Scope
    Menyusun scope proyek mulai dari hal yang high level / general hingga spesifikasi detail dari produk yang akan dibangun. Serta pendekatan apa yang digunakan dalam fase-fase SDLC : 
     
    - The Scope Boundary, menentukan apa yang harus kita kerjakan dan apa yang tidak perlu kita kerjakan
    - The Statement Of Work (SOW), deskripsi narif produk, servis atau sistem yang harus diadakan dalam proyek, meliputi : spesifikasi, kuantitas, atau performa dari produk tersebut.
    - The Scope Statement, Dokumentasi terhadap definisi scope berdasarkan kebutujan dan ekspektasi customer terhadap proyek yang akan dikerjakan.
    - Project Deliverable, Hasil kerja dalam sebuah proyek yang nampak (tangible).

  4.  Work Breakdown Structure (WBS), Mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan tim proyek untuk menghasilkan deliverable yang telah disepakati.
    Menyusun WBS :
    Akan diperlukan beberapa versi WBS hingga seluruh tim pelaksana proyek yakin bahwa seluruh aktivitas yang harus dilakukan seudah tercantum dalam WBS,
    - Harus support Project MOV
    - Harus berorientasi pada deliverable
    - Tingkat kedetailan WBS harus support planning dan control
    - Harus melibatkan tim pelaksana WBS tersebut

  5. Validate Scope
    Memverifikasi, memvalidasi, dan menyepakati secara resmi scope yang telah disusun oleh seluruh pihak.

    - Verifikasi MOV
    - Dokumentasi seluruh Deliverables
    - Spesifikasi Kualitas / Standar
    - Identifikasi Milestone
    - Review dan Persetujuan

  6. Control Scope
    Mengontrol perubahan yang terjadi pada scope proyek. Pada dasarnya mengontrol scope adalah menjaga keseimbangan triple constraint.

    - Scope Grope
    - Scope Creep
    - Scope Leap
Project Esimation
Setelah WBS terbentuk, hal yang dilakukan selanjutnya adalah memperkirakan durasi waktu pelaksanaan masing-masing aktivitas.
  • Guesstimating
  • The Delphi Technique
  • Time Boxing
  • Top-Down Estimating
  • Poker Planning



GANTT CHART

Gantt Chart merupakan salah satu tools yang penting untuk digunakan dalam mengembangkan jadwal pelaksanaan proyek.

Cara Membuat Gantt Chart
Gantt Chart merupakan grafik yang sederhana, Cara membuatnya juga cukup mudah. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat Gantt Chart serta cara penggunaannya.

1. Mengidentifikasikan Tugas
  • Mengidentifikasikan Tugas yang perlu diselesaikan pada Proyek
  • Menentukan Milestone (bagian pekerjaan dari suatu tugas) dengan menggunakan Brainstorming ataupun Flow chart.
  • Mengidentifikasikan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas.
  • Mengidentifikasikan urutan pekerjaan ataupun tugas yang akan dikerjakan. Seperti Tugas yang harus diselesaikan sebelum memulai suatu tugas yang baru ataupun tugas-tugas apa yang harus dilakukan secara bersamaan (Simultan).
2. Menggambarkan Sumbu Horizontal

Gambarkan sumbu horizontal untuk waktu pelaksanaannya (dapat diletakan diatas atau dibawah halaman).  Tandai dengan skala waktu yang sesuai (bisa dalam harian maupun mingguan).

3. Menuliskan Tugas ataupun Bagian Pekerjaan

Tuliskan Tugas atau bagian pekerjaan (milestone) yang akan dikerjakan berdasarkan urutan waktu pada bagian kiri. Gambarkan Diagram Batang (Bar Graph) untuk menunjukan rentang waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas yang bersangkutan. Gambarkan kotak dari kiri dimana waktu Tugas tersebut dimulai sampai pada waktu tugas yang bersangkutan berakhir. Jika diperlukan presentasi kepada Manajemen perusahaan, gambarkan bentuk Intan (Diamond) pada tanggalnya. Gambarkan tepinya saja dan kotak tersebut jangan diisi.

4. Melakukan Pemeriksaan kembali

Lakukan pemeriksaan kembali, apakah semua tugas atau bagian pekerjaan untuk Proyek tersebut sudah tertulis semuanya ke dalam Gantt Chart.

Menggunakan Gantt Chart
  1. Saat Proyek sedang berlangsung, isikan gambar Intan (Diamond) ataupun Grafik Batang pada Gantt Chart untuk menunjukan bahwa tugas yang bersangkutan telah diselesaikan. Jika ada tugas masih berlangsung (in progress), estimasikan kemajuan tugas yang bersangkutan dan isikan grafik batang sesuai dengan kemajuan tersebut.
  2. Letakkan tanda vertical untuk menunjukan sejauh mana Proyek ini sedang berlangsung.
Contoh Gantt Chart


Dari Gantt Chart diatas dapat dilihat bahwa proyek telah berlangsung di minggu ke 6 (tanda panah kuning). Semua tugas yang terdapat didalam Gantt Chart telah dikerjakan sesuai dengan Jadwalnya.

Gantt Chart ini merupakan salah satu alat (tools) untuk melakukan perencanaan Proyek (Project Planning) dan juga sebagai alat untuk memantau perkembangan proyek.




CRITICAL PATH METHOD

Salah satu metode untuk merencanakan schedule proyek adalah dengan project network diagram dan critical path analysis. 
Critical path merupakan jalur terpanjang sekaligus jalur yang memiliki waktu pelaksanaan paling lama dari sebuah Project Network Diagram.

Tahapan Menyusun Critical Path
  • Menyusun Project Network Diagram
  • Analisis Forward Phases
  • Menentukan Project Completion Time
  • Analisis Backward Phases
  • Menghitung Slack
  • Menentukan
PERT (Program Evaluation & Review Technique)

Metode PERT menggunakan metode distribusi statistik untuk mengestimasi penyelesaian sebuah aktivitas.
Terdapat 3 Kriteria estimasi yang digunakan yaitu :
  • Optimitc estimate
  • Most Likely estimate
  • Pesimistic estimate


Itulah beberapa pembelajaran singkat mengenai ke 4 materi di atas... Semoga dapat membantu dan sampai berjumpa dilain waktu..








Referensi:


Senin, 26 Oktober 2020

Analisis Kelayakan Proyek

 


Hallooo Blogers,, Pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang Analisis Kelayakan Proyek tanpa memperpanjang waktu, mari kita bahas satu per satu..


ANALISIS KELAYAKAN

  • Kelayakan adalah ukuran akan seberapa menguntungkan atau seberapa praktis pengembangan sistem informasi terhadap organisasi.
  • Analisis Kelayakan adalah proses pengukuran kelayakan.
  • Creeping Commitment : pendekatakn kelayakan yang menghendaki kelayakan sebaiknya diukur di sepanjang siklus hidup.
PRA PROYEK
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan awal adalah :
  1. Mencoba memahami dan memperjelas apa yang diharapkan oleh pemakai atau penguna
  2. Menentukan ruang lingkup dari studi sebuah sistem
  3. Menentukan kelayakan dari masing-masing alternatif dengan memperkirakan keuntungan/kerugian yang didapat.
Suatu proyek sistem dimulai dengan adanya masalah atau peluang-peluang untuk meningkatkan bisnis yang sering muncul saat organisasi beradaptasi dengan perubahan. Sekali proyek diajukan, penganalisis sitem bekerja cepat dengan para pembuat keputusan untuk menentukan proyek tersebut layak atau tidak.
Jika proyek disetujui, maka dibuat jadwal kegiatan proyek dengan menggunakan perangkat-perangkat seperti grafik gantt dan diagram Program Evalution dan Review Techniques (PERT) sehingga proyek tersebut dapat diselesaikan tepat waktu.

STUDI KELAYAKAN
Menurut Ahmad Subagyo, “Studi Kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnistentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan”. Adapun yang dimaksud ide bisnis menurutnya adalah bermacam-macam bentuk, antara lain:
  1. Pendirian usaha baru
  2. Pengembangan usaha yang sudah ada, seperti merger, penambahan permodalan, penggantian teknologi, pembukaan kantor baru/cabang/perwakilan dsbnya
  3. Pembelian perusahaan dengan cara akuisisi.
TUJUAN DAN MANFAAT STUDI KELAYAKAN

 - Menghindari Resiko Kerugian

Resiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh dengan ketidakpastian,dalam hal ini fungsi studi kelayakan untuk meminimalkan resiko baik yang dapatdikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

- Memudahkan Perencanaan

Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akandijalankan, dimana, bagaimana pelaksanaannya, berapa besar keuntungan yangakan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.

- Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat memudahkan pelaksanaan bisnis, pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik.

- Memudahkan Pengawasan

Dengan melaksanakan proyek sesuai rencana maka memudahkan untukmelakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.

- Memudahkan Pengendalian

Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpanganakan muidah terdeteksi,sehingga mudah untuk mengendalikan penyimpangan tersebut.


PENGUJIAN KELAYAKAN
  • Kelayakan Operasional (Operational feasibility)
  • Kelayakan Teknis (Technical feasibility)
  • Kelayakan Jadwal (Schedule feasibility)
  • Kelayakan Ekonomis (Economic feasibility)
Kelayakan Operasional (Operational feasibility)
  • Ukuran sebaik apa solusi tersebut akan memenuhi sistem requirement
  • Seberapa baik sistem yang diusulkan mengatasi masalah dan memberikan keuntungan peluang yang teridentifikasi selama fase defenisi ruang lingkup dan fase analisis masalah
  • Seberapa baik sistem yang diusulkan memenuhi sistem requirements yang teridentifikasi dalam fase analisis persyaratan.
Kelayakan Teknis (Technical feasibility)
  • Ukuran kepraktisan solusi teknis tertentu dan ketersedian sumber dan pakar teknis
  • Ditunjuk pada tiga masalah pokok :
  1. Apakah teknologi atau solusi yang diajukan cukup praktis?
  2. Apakah saat ini kita telah mempunyai teknologi yang memadai?
  3. Apakah kita mempunyai pakar teknis yang memadai?
Kelayakan Jadwal (Schedule feasibility)
  • Melewati tenggat waktu merupakan hal yang problematis, namun mengembangkan sistem yang tidak memadai dapat menjadi malapetaka.
Kelayakan Ekonomi (Economic feasibility)
  • Kelayakan ekonomi dapat memperkirakan biaya dan keuntungan tiap alternatif.
  • Selama fase definisi ruang lingkup, hanyalah menentukan apakah manfaat yang diperoleh dari menyelesaikan persoalan tersebut cukup berharga.
  • Selama fase analisis masalah, estimasi yang lebih baik terhadap manfaat maupun biaya pengembangan.
  • Selama fase analisis keputusan, biaya pengembangan dapat diestimasi dengan lebih baik lagi.
MENGUMPULKAN DATA / FAKTA
Dalam studi kelayakan, analisis sistem mengumpulkan data untuk :
  1. Memperhitungkan keberadaan masalah
  2. Mendefinisikan masalah
  3. Memperhitungkan jangkauan masalah
  4. Mendapatkan informasi untuk melakukan studi kelayakan awal
  5. Meyusun rencana untuk melakukan analisis

Dalam mengumpulkan fakta, hal yang harus dilakukan adalah :
  • Interview
  • Presentasi Internal
  • Pemeriksaan Literatur Internal
  • Pengamatan
  • Pemeriksaan File

Demikian sedikit pembahasan singkat mengenai Analisis Kelayakan Proyek, semoga bermanfaat.... Sampai bertemu dilain waktu..


Referensi :

Senin, 05 Oktober 2020

SDLC : Software Development Life Cycle & Project Life Cycle


Hallo sobat bloger, pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang SDLC dan Project Life Cycle mulai dari pengertian, fungsi dan tahapan-tahapan yang ada didalamnya, oke mari kita bahas satu per satu.

SDLC : Software Development Life Cycle

1. Pengertian

SDLC adalah siklus yang digunakan dalam pembuatan atau pengembangan sistem informasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah secara efektif. Dalam pengertian lain, SDLC adalah tahapan kerja yang bertujuan untuk menghasilkan sistem berkualitas tinggi yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau tujuan dibuatnya sistem tersebut. SDLC menjadi kerangka yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memproses pengembangan suatu perangkat lunak. Sistem ini berisi rencana lengkap untuk mengembangkan, memelihara, dan menggantikan perangkat lunak tertentu. 

2. Fungsi

Dilihat dari berbagai sisi, SDLC memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai sarana komunikasi antara tim pengembang dengan pemegang kepentingan. SDLC juga berfungsi membagi peranan dan tanggung jawab yang jelas antara pengembang, desainer, analis bisnis, dan manajer proyek. Fungsi lain dari SDLC ialah dapat memberikan gambaran input dan output yang jelas dari satu tahap menuju tahap selanjutnya. 

3. Tahapan SDLC




- Perencanaan Sistem (Systems Planning)

Lebih menekankan pada aspek studi kelayakan pengembangan sistem (feasibility study). Aktivitas-aktivitas yang ada meliputi :
  • Pembentukan dan konsolidasi tim pengembang.
  • Mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan.
  • Mengidentifikasi apakah masalah-masalah yang ada bisa diselesaikan melalui pengembangan sistem.
  • Menentukan dan evaluasi strategi yang akan digunakan dalam pengembangan sistem.
  • Penentuan prioritas teknologi dan pemilihan aplikasi.
- Analisis Sistem (Systems Analysis)

Analisa sistem adalah tahap di mana dilakukan beberapa aktivitas berikut:
  • Melakukan studi literatur untuk menemukan suatu kasus yang bisa ditangani oleh sistem.
  • Brainstorming dalam tim pengembang mengenai kasus mana yang paling tepat dimodelkan dengan sistem.
  • Mengklasifikasikan masalah, peluang, dan solusi yang mungkin diterapkan untuk kasus tersebut.
  • Analisa kebutuhan pada sistem dan membuat batasan sistem.
  • Mendefinisikan kebutuhan sistem.
- Perancangan Sistem (Systems Design)

Pada tahap ini, features dan operasi-operasi pada sistem dideskripsikan secara detail. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan adalah:
  • Menganalisa interaksi obyek dan fungsi pada sistem.
  • Menganalisa data dan membuat skema database.
  • Merancang user interface.
- Implementasi Sistem (Systems Implementation)

Tahap berikutnya adalah implementasi yaitu mengimplementasikan rancangan dari tahap-tahap sebelumnya dan melakukan uji coba.
Dalam implementasi, dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
  • Pembuatan database sesuai skema rancangan.
  • Pembuatan aplikasi berdasarkan desain sistem.
  • Pengujian dan perbaikan aplikasi (debugging).
- Pengujian Sistem 

Tahap tes SDLC ialah bagian paling penting dalam rangkaian pembuatan sebuah perangkat lunak. Karena sangat tidak mungkin mempublikasikan sebuah software tanpa melalui pengujian terlebih dahulu.

Beberapa pengujian yang harus dilewati, antara lain kualitas kode, tes fungsional, tes integrasi, tes performa, dan tes keamanan.

Untuk memastikan pengujian berjalan teratur dan tidak ada bagian yang terlewati, tes dapat dilakukan menggunakan perangkat Continuous Integration seperti Codeship.

Dari tahap ini, akan dihasilkan perangkat lunak yang telah dites dan siap untuk disebarkan ke dalam proses produksi.


- Pemeliharaan Sistem (Systems Maintenance)

Dilakukan oleh admin yang ditunjuk untuk menjaga sistem tetap mampu beroperasi secara benar melalui kemampuan sistem dalam mengadaptasikan diri sesuai dengan kebutuhan.


4. Model Pengembangan SDLC




Model pengembangan ini sangat penting untuk membantu proses pengembangan perangkat lunak. Terdapat beberapa model pengembangan SDLC yang diikuti oleh berbagai organisasi, yaitu:

- Waterfall Model

Model ini melibatkan penyelesaian satu tahap secara lengkap sebelum melangkah ke tahap berikutnya. Ketika satu tahap selesai langsung dilakukan evaluasi untuk memastikan proyek berjalan sesuai rencana dan layak diteruskan ke tahap berikutnya.

Waterfall Model, disebut juga model klasik, memiliki beberapa tahap utama, yaitu analisis dan rekayasa sistem, perancangan, penulisan program, pengujian, dan pemeliharaan.

- V-Shaped Model

Model ini fokus pada proses eksekusi dengan cara berurutan. Hampir sama dengan model waterfall, tetapi lebih menekankan pada tahap pengujian. Prosedur pengujian pada model ini bahkan ditulis sebelum kode program dibuat.

- Incremental Model

Model ini melibatkan beberapa siklus pengembangan. Siklus-siklus tersebut dibagi ke dalam pengulangan-pengulangan kecil. Pengulangan tersebut dapat diatur dengan mudah dan melewati serangkaian tahap termasuk pengaturan, desain, penerapan, dan pengujian.


Project Life Cycle



Siklus proyek atau lebih dikenal dengan nama project life cycle merupakan tahapan yang dilalui proyek mulai dari inisiasi sampai tahap akhir. Setiap proyek memiliki ukuran dan tolak ukur tertentu. Siklus hidup proyek kemudian biasanya dipantau berdasarkan grafik level biaya terhadap waktu. Seperti pada saat memulai proyek, biaya yang dibutuhkan sangat rendah, kemudian biaya terus meningkat hingga tahap pengerjaan proyek. Setelah pengerjaan proyek selesai, biaya yang dibutuhkan menurun. Untuk itulah dalam project life cycle terdapat fase khusus yang memberi arahan tertentu dalam cara mengelola secara baik dan maksimal. Project Life Cycle terdiri dari 5 tahap dalam fase Single Phase Proyek yang aktifitasnya berjalan secara berurutan, tanpa pengulangan aktifitasSelain itu juga terdapat fase Phase-to-Phase Relationships. Fase ini merupakan gabungan dari beberapa fase.

1. Single Phase Proyek

Single Phase Proyek merupakan aktifitas dalam manejemen proyek yang berjalan secara berurutan, tanpa pengulangan aktifitas sekalipun. Dalam urutan aktifitas pada fase ini yaitu tahap Initiating Processes, Planning Processes, Executung Processes, dan Closing Processes.

- Initiating Processes

Output tahap inisiasi diantaranya dokumen proyek yang berisikan nama proyek, biaya proyek dan penunjukan manejer proyek. Dokumen ini akan dijadikan acuan dasar oleh manejer proyek untuk melakukan proses proyek selanjutnya. 

- Planning Processes 

Tahap perencanaan merupakan tahap yang paling penting yang membutuhkan banyak waktu dan SDM yang terlibat sesuai dengan besar kecilnya proyek. Output dari tahap ini diantaranya struktur dan tim proyek, gambar detail desain, skop pekerjaan, data teknis, jadwal proyek, jadwal pekerja, jadwal material / pembelanjaan, prosedur-prosedur, dan hal-hal detail lainnya. Tahap perencanaan ini merupakan kunci keberhasilan tahap proyek selanjutnya.

- Executing Processes

Tahap eksekusi dan kontrol biasanya dijalankan bersamaan, dan tahap ini merupakan tahap dilaksanakannya proyek dalam memulai dari pembelanjaan sampai konstruksi yang mengacu pada output dari tahap perencanaan. Output dari tahap ini diantaranya produk atau hasil kerja proyek, dokumen kontrol mulai dari kontrol administrsi, kontrol kualitas, kontrol tenaga kerja, kontrol material, kontrol jadwal, sampai pada kontrol keuangan proyek, laporan-laporan, risalah rapat, hasil tes dan inspeksi dan lain-lain yang menggambarkan pelaksanaan proyek. Segala hal dalam tahap ini harus terdokumentasikan dengan baik untuk keperluan tahap selanjutnya.

- Closing Processes

Tahap closing atau penyelesaian proyek merupakan tahap akhir dari sebuah proyek, tahap ini terdiri dari serahterima dan masa perawatan, serahterima umumnya dibagi dua tahap, tahap pertama setelah pekerjaan konstruksi selesai dan siap digunakan dan selanjutnya setelah masa perawatan selesai. Output dari tahap ini adalah final dokumen yang berisikan semua dokumen kontrol dalam tahap konstruksi, gambar fina selesainya pengerjaan proyek, manual operasi dan berita acara serah terima. 

Sehingga closing apabila benar – benar dilakukan secara baik akan saling menguntungkan dalam hal kepercayaan yang menjadi sebuah ikatan antara owner dan dan pemegang project. 

2. Phase - to - Phase Relationship

Dalam fase ini merupakan gabungan dari beberapa fase. Fase ini terdiri dari dua jenis, yaitu sequential relationship yang memiliki makna bahwa setiap fase didalamnya dikerjakan secara berurutan. Dan overlapping relationship yang memiliki makna tentang tumpang tindih antar fase, misalnya fase selanjutnya dilakukan sebelum fase saat ini selesai dikerjakan.  

Demikian pemaparan materi tentang SDLC : Software Development Life Cycle & Project Life Cycle. Terima Kasih semoga bermanfaat dan sampai jumpa di lain waktu.  








Referensi :

Selasa, 29 September 2020

Proyek, Manajemen dan Manajemen Proyek Perangkat Lunak

    


    Haloo... Selamat datang, pada kali ini kita akan membahas tentang tiga judul pokok besar diatas, mulai dari definisi, karakteristik dan lain sebagainya.. Oke tampa panjang lebar mari kita bahas satu per satu. 

1. Apa itu Proyek.?
    Proyek adalah sebuah aktivitas usaha yang cukup kompleks, dilakukan secara tidak rutin, memiliki jangka waktu, keterbatasan anggaran dan sumber daya serta memiliki standarisasi tersendiri atas produk yang di hasilkan. Dengan adanya keterbatasan untuk mengerjakan sebuah proyek maka perusahaan harus dapat mengatur segala sumber daya yang ada agar dapat menjalankan kegiatan proyek secara sinkron sehingga tujuan proyek dapat tercapai.

Tujuan Proyek
   Larson menjelaskan bahwa tujuan proyek paling utama adalah memuaskan kebutuhan pelanggan. Kesamaan dan karakteristik dari proyek dapat membantu untuk membedakan antara satu proyek dengan proyek lainnya.

Beberapa karakteristik proyek adalah :

  • Adanya penetapan tujuan
  • Masa hidup dapat didefinisikan dari awal hingga akhir.
  • Melibatkan beberapa orang atau profesional
  • Melakukan aktivitas yang belum pernah dilakukan
  • Waktu, biaya serta kebutuhan sangat spesifik.

Ciri-Ciri Proyek

     Berdasarkan dari beberapa pebahasan materi pengertian proyek dan tujuan proyek diatas maka dapat dilihat ciri-ciri proyek, yaitu :

  • Sistem berada di dalam satu siklus
  • Memiliki sifat yang dinamis
  • Hanya terdapat satu aktivitas yang tidak terulang dalam satu aktivitas.
  • Memiliki batasan waktu, biaya serta kualitas tertentu
  • Terdapat banyak kegiatan yang saling terkait
  • Dapat melibatkan berbagai sumber daya, keahlian serta teknologi.
  • Di pengeruhi oleh lingkungan.

Jenis-Jenis Proyek

    Menurut Soeharto (1999), terdapat jenis-jenis proyek yaitu :

1. Proyek Engineering-Konstruksi

Dapat Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, serta konstruksi.

2. Proyek Engineering-Manufaktur

Tujuan dari membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Jenis proyek ini memiliki tujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik namun berupa laporan akhir, contohnya merancang sistem informasi manajemen.

5. Proyek Kapital

Proyek kapital adalah proyek yang memiliki kaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi.

6. Proyek Radio Telekomunikasi

Memiliki tujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal.

7. Proyek Konservasi Bio Diversity

Proyek konservasi bio diversity adalah proyek yang memiliki kaitan dengan upaya pelestarian lingkungan.


2. Manajemen dan Manajemen Proyek

    Manajemen secara umum adalah suatu upaya untuk mencapai suatu tujuan dengan sumber daya seminimal mungkin (efisien). Sementara itu, proyek adalah rencana pekerjaan dengan suatu target pencapaian tertentu yang diselesaikan dalam rentang waktu tertentu.

    Secara kolektif, manajemen proyek​ adalah suatu pendekatan/metode untuk​ mengelola suatu proyek dengan efektif dan efisien. Sistem ini hadir sebagai perangkat untuk membantu mengelola kegiatan-kegiatan berbentuk proyek, misalnya proyek konstruksi. Tanpanya, suatu proyek akan sulit dieksekusi baik dari segi biaya, waktu, atau bahkan kualitasnya.

Tujuan Manajemen Proyek

    Manajemen proyek memiliki sejumlah tujuan, di antaranya:​

  • Menyelesaikan tepat waktu

Dengan adanya hal tersebut, proyek akan selalu dimonitor supaya dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Pengawasan seperti ini melancarkan pengerjaan proyek.

  • Menjaga anggaran

Anggaran merupakan salah satu aspek yang dikaji dalam manajemen ini. Dengan pengkajian tersebut, akan dicari jumlah anggaran seminimal mungkin, tetapi masih dapat menunjang tercapainya kriteria proyek yang telah ditentukan di awal (efektif dan efisien).

  • Menjaga kualitas

Sebagaimana telah disinggung pada poin sebelumnya, kriteria proyek yang ditentukan di awal harus tercapai. Artinya, manajemen proyek juga membuat standar kualitas dari suatu proyek sehingga ia tidak dikerjakan secara seenaknya saja.

  • Melancarkan proyek

Pada akhirnya, proyek yang ideal adalah proyek yang selesai sesuai dengan perencanaan awal, baik dari segi waktu, anggaran, maupun kualitas. Manajemen ini membantu pengerjaan proyek supaya selesai dengan lancar sesuai dengan rencana awal.

Sasaran Manajemen Proyek

    Sasaran manajemen proyek​ adalah sebagai berikut:​

  1. Menyelesaikan dan mengembangkan proyek sesuai dengan anggaran biaya dan tenggat waktu yang telah ditentukan sekaligus dalam kualitas/spesifikasi sesuai dengan yang telah disepakati di awal.
  2. Meningkatkan nama baik pelaksana proyek berdasarkan kualitas hasil proyek.
  3. Menciptakan suasana kerja kondusif untuk mendukung kelancaran aktivitas proyek. Hal ini meliputi ketersediaan keadaan, sarana-prasarana, dan keselamatan kerja.
  4. Menjaga keharmonisan antar pihak dalam proyek sehingga seluruh pihak terlibat akan memberikan yang terbaik untuk proyek yang sedang dijalankan.
Ruang Lingkup Manajemen Proyek

    Hal-hal yang termasuk ke dalam domain ruang lingkup manajemen proyek​ adalah sebagai berikut:

  1. Waktu proyek dimulai
  2. Perencanaan lingkup proyek
  3. Pendefinisian ruang lingkup proyek
  4. Verifikasi proyek dan kontrol ketika proyek sedang dijalankan

3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak
  Manajemen Proyek Perangkat Lunak adalah suatu proses kegiatan untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan sumber daya untuk membuat suatu perangkat lunak atau program komputer, serta mencapai tujuan tertentu dalam batasan waktu, ruang lingkup, dan biaya.

Tujuan
  • Untuk menetapkan dasar, tujuan, kebutuhan, batasan, dan hasil akhir proyek.
  • Untuk mengelola penggunaan sumber daya, agar proyek berjalan dengan lancar.
  • Untuk menghasilkan perangkat lunak yang memiliki performa optimal, efisien, dan sukses mencapai tujuan.
  • Untuk mengatur waktu penyelesaian proyek.
  • Untuk memperoleh keuntungan dari proyek perangkat lunak yang telah dilaksanakan.
Stakeholder
– Client
Client adalah pemilik serta pemberi proyek. Tugas client adalah menentukan kebutuhan perangkat lunak yang akan dibuat.

– Project Manager
Project Manager adalah ketua dari team proyek yang bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan proyek.

– Programmer
Programmer adalah individu yang mengimplementasikan, mengemas, dan memodifikasi algoritma serta struktur data, yang dituliskan dalam sebuah bahasa pemrograman tertentu.

– Designer
Designer adalah individu yang merencanakan, merancang, mengembangkan, dan menerapkan sistem informasi baru yang mengintegrasikan teknologi hardwaresoftware, dan jaringan.

– Analyst
Analyst adalah individu yang menghimpun kasus proses bisnis yang akan dikonversikan menjadi suatu aplikasi perangkat lunak dan disajikan dalam bahasa atau spesifikasi teknis yang mudah dimengerti oleh programmer.

– End User
End User (pengguna) adalah individu yang menggunakan dan memanfaatkan perangkat lunak yang telah dibangun dari suatu proyek. End User juga dapat diperankan oleh client atau pemilik proyek.

– Investor
Investor adalah pihak penyedia dana untuk membiayai proyek agar dapat berjalan dengan baik.

Proyek Perangkat Lunak Lebih bermasalah atau sering gagal
Beberapa faktor penyebab kegagalan yang sering terjadi dalam pengembangan proyek perangkat lunak.

  • Poor User Input
  • Stakeholder Conflichts
  • Vague Requirement
  • Poor Cost and Schedule Estimation
  • Skills That Do Not Match The Job
  • Hidden Cost of Going "Lean and Mean"
  • Failure to Plan
  • Communication Breakdown
  • Poor Architecture
  • Late Failure Warning Signals

    Itulah beberapa pemaparan tentang Proyek, Manajemen, Manajemen Proyek serta Manajemen Proyek Perangkat Lunak. 




Referensi :
  • https://www.pahlevi.net/pengertian-proyek/
  • http://agathaputria.blogspot.com/2018/02/tugas-1-manajemen-proyek-perangkat.html
  • https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-manajemen-proyek/
  • https://luchakamala.wordpress.com/2017/02/19/rangkuman-manajemen-proyek-perangkat-lunak/
  • https://yayuk05.wordpress.com/2007/10/01/faktor-faktor-penyebab-kegagalan-proyek-perangkat-lunak/